Senin, 16 Maret 2015

Saat Mendaki Gunung di Musim Hujan, Tips-Tips Ini Mesti Kamu Perhatikan

Saat Mendaki Gunung di Musim Hujan, Tips-Tips Ini Mesti Kamu Perhatikan

Bagi pecinta gunung, keinginan untuk menjamah puncak-puncak gunung kadang gak terbendung. Rasa rindu membuat mereka tetap melakukan pendakian meski musim tak mendukung. Padahal, di musim hujan, kesulitan yang dihadapi pendaki bisa berlipat ganda. Bayangkan, jika di dataran rendah saja hujan seringkali terasa tak bersahabat, apalagi di gunung?
Tapi, gak perlu juga puasa naik gunung selama musim hujan. Meski curah hujan sedang tinggi, kamu tetap bisa menikmati kegiatan mendaki kok. Nah, biar pendakianmu tetap aman dan menyenangkan, sebaiknya kamu menyimak tips berikut sebelum memutuskan untuk mendaki gunung di musim hujan.

1. Sebelum memulai mendaki, persiapan yang lebih matang wajib hukumnya

Lakukan persiapan dan jaga kesehatan.
Lakukan persiapan dan jaga kesehatan. via ganlob.com
Di musim hujan, kamu akan menghadapi cuaca yang lebih ekstrem di atas sana. Makanya, persiapan yang lebih matang wajib hukumnya. Mulai dari fisik, mental, serta perlengkapan yang akan dibawa, semua harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya untuk mengantisipasi cuaca serta kondisi medan yang semakin menantang.
Yang paling dasar, tentu dimulai dengan menjaga kesehatan kamu. Perbanyak minum air putih serta tambah asupan vitamin, terutama vitamin C, biar daya tahan tubuh kamu meningkat. Dengan daya tahan tubuh yang baik, kamu pun bisa menjamahi gunung dengan semangat meski cuacanya kurang ramah.

2. Pilih gunung yang memiliki jalur pendakian singkat, sehingga kamu bisa langsung turun gunung tanpa perlu membongkar tenda

jalur pendakian yang singkat
jalur pendakian yang singkat via damarsaloka.com
Di musim hujan, mendaki dengan cara tek-tok atau langsung turun usai mendaki memang sangat disarankan. Berkemah di gunung saat curah hujan sedang tinggi akan terasa tidak nyaman. Apalagi jika banyak perlengkapanmu yang basah, tubuhmu akan rentan terkena hipotermia.
Pilihlah gunung yang jalur pendakiannya tidak terlalu panjang, dengan akumulasi jarak pergi dan pulang tak lebih dari 15 Km. Kamu bisa memulai pendakian pagi-pagi dan pulang sebelum sore.

3. Pelajari jalur yang akan dilalui dan hindari jalur yang berisiko.

sada
Pilih jalur yang mudah dan hindari jalur yang berisiko via mepauns.wordpress.com
Mempelajari jalur yang hendak dilalui saat melakukan pendakian sangatlah penting. Apalagi, hujan yang turun bisa meningkatkan risiko yagn dihadapi. Hindari jalur-jalur yang berisiko tinggi dan membahayakan, seperti rawan longsor atau sangat licin. Lebih baik pilih jalur yang mudah dan gak perlu memaksakan diri. Memilih gunung yang memiliki banyak shelter juga bisa menjadi pertimbangan; kamu bisa dengan mudah menemukan tempat berteduh.

4. Jangan ragu untuk ngepo-in BMKG maupun aplikasi prakiraan cuaca di ponselmu untuk memprediksi cuaca saat kamu mendaki nanti

Prakiraan cuaca
Prakiraan cuaca via drjt.wordpress.com
Sebelum kamu memutuskan untuk mendaki, ada baiknya kamu memantau cuaca di daerah gunung yang akan kamu daki lewat situs BMKG atau aplikasi cuaca seperti AccuWeather yang bisa kamu pasang di ponselmu. Tentu, cuaca di gunung itu sulit diprediksi. Tapi, setidaknya kamu punya gambaran cuaca seperti apa yang kira-kira kamu hadapi nanti.

5. Bawaan yang berlebih bisa membahayakan, jadi pilih barang-barang yang benar-benar penting dan tepat

Bawa barang seringan mungkin
Bawa barang seringan mungkin via ilhamridhwan.blogspot.com
Jika kamu memutuskan untuk mendaki tek-tok,  batasi bawaanmu menjadi beberapa kilogram saja. Siapkan pakaian ganti, makanan secukupnya, dan gunakan daypack atau tas semi-keril. sehingga mau gak mau kamu akan membatasi barang bawaanmu.


6. Biar air gak merembes, lapisi barang-barang di dalam tasmu dengan kantong kedap air atau trash bag

Lapisi bagian dalam tas dengan trash bag
Lapisi bagian dalam tas dengan trash bag via odeghany.blogspot.com
Tasmu mungkin menggunakan bahan yang kedap air. Tapi, air hujan tetap bisa merembes melalui celah ritsleting atau jahitan. Makanya, selain melapisi bagian luar dengan rain cover, kamu juga perlu melapisi bagian dalam dengan kantong kedap air atau trash bag untuk menghindari air merembes masuk dan membasahi isi tasmu.

7. Dengan teknik layering yang tepat, kamu bisa tetap melangkah meski diguyur gerimis

Layering pakaian
Layering pakaian via www.wiranurmansyah.com
Mengaplikasikan sistem layering yang benar dalam berpakaian akan sangat bermanfaat ketika kamu menghadapi pendakian di musim hujan. Teknik layering pakaian untuk mendaki gunung sebelumnya pernah Hipwee singgung di artikel ini. Jika dilakukan dengan benar, kamu bisa menjaga tubuhmu tetap hangat tanpa harus takut basah. Kamu juga bisa menghemat pakaian yang kamu bawa.

8. Jangan remehkan peran poncho serta boonie hat untuk melindungi tubuhmu dari air hujan yang menderas

Mengenakan poncho
Mengenakan poncho via bocahpetualanggg.blogspot.com
Tiap pendaki punya preferensinya masing-masing soal cara melindungi diri dari hujan yang mengguyur. Ada yang lebih suka menggunakan payung karena ringan dan praktis untuk melindungi kepala dan tubuh, meski tak efektif ketika berhadapan dengan jalur yang mengharuskanmu untuk merayap.
Sementara, poncho atau jas hujan kelelawar juga sangat praktis. Tinggal dikenakan, sebagian besar bagian tubuhmu dan kerilmu akan terlindung dari hujan. Tanganmu juga lebih bebas untuk melakukan hal lain, seperti mendaki jalur yagn curam atau menggenggam trekking pole. Selain itu, poncho juga bisa dimanfaatkan untuk membuat bivak darurat ketika kamu mesti berteduh. Makanya, poncho adalah benda yang wajib ada di kerilmu saat musim hujan.
Kekurangannya, hujan akan jatuh langsung jatuh ke wajahmu saat kamu menggunakan poncho, yang kadang bisa mengganggu penglihatan dan bikiin wajahmu basah. Untuk mengakalinya, manfaatkan boonie hat atau topi militer lebar untuk melindungi wajahmu.

7. Alih-alih menggunakan sandal, lebih baik kenakan sepatu boots yang kedap air

Sepatu trekking
Sepatu trekking via www.kaskus.co.id
Di musim hujan, kamu akan menghadapi jalur yang licin, becek, dan berlumpur. Sandal bisa dengan mudah terperangkap dalam belitan lumpur yang mengakibatkannya rentan putus. Makanya, gunakan sepatu boots yang kedap air sehingga kamu bisa bermanuver dengan lebih baik.
Sebagai tambahan, kamu juga bisa menyampirkan gaiter di kakimu. Fungsinya, untuk menghindari gigitan lintah atau pacet yang biasanya keluar kandang di musim hujan.

8.Agar bisa bergerak dengan leluasa, pastikan trekking pole ada dalam genggamanmu

Manfaatkan trekking pole
Manfaatkan trekking pole via www.hendriagustin.com
Jangan meremehkan peran trekking pole. Di jalur curam dan licin, keberadaannya akan sangat membantu kamu untuk menjaga keseimbangan, sehingga kamu tak mudah tergelincir. Jika tidak memiliki trekking pole, kamu juga bisa memanfaatkan dahan pohon yang patah untuk membantumu melangkah

9. Agar air di perlengkapanmu terserap maksimal, manfaatkan penyerap air seperti plas chamois atau spons

Bahan penyerap air
Bahan penyerap air via auto-maniacos.blogspot.com
Sekalipun perlengkapanmu sudah kedap air, air hujan masih bisa merembes masuk dan bikin basah. Biar gak jadi lembab, kamu bisa mengeringkannya dengan bahan penyerap air seperti plas chamois/kanebo atau spons. Terutama, gunakan di bagian dalam sepatu, kaos kaki, serta celana untuk mengurangi lembab yang bisa bikin masuk angin.

10. Kalau cuaca memang gak memungkinkan untuk meneruskan perjalanan, jangan memaksakan diri. Ingat, pulang adalah tujuan utama

Jangan memaksakan diri
Jangan memaksakan diri via inisayadanhidupsaya.wordpress.com
Mendaki adalah soal menaklukkan ego. Terkadang, ego membuat kita ingin terus mendaki ke puncak meski keselamatan jadi taruhannya. Inilah saatnya kamu menaklukkan dirimu sendiri.
Jika cuaca memang tidak memungkinkan untukmu mencapai puncak, tak perlulah memaksakan diri. Sebab, tujuan utama kita mendaki adalah pulang dengan selamat. Toh, puncak masih bisa didaki lagi lain kali, bukan?

Nah, dengan melakukan beberapa tips di atas, mudah-mudahan kamu bisa menikmati pendakian meski sedang musim hujan. Omong-omong, apakah kamu mempunyai tips lain utnuk menghadapi pendakian di musim hujan? Jika ada, bagikan ke pembaca lainnya, yuk!

MOUNTAINEERING



Mendaki gunung adalah suatu kegiatan keras, penuh petualangan, membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan yang seakan hendak mengungguli, merupakan daya tarik dari kegiatan ini.
Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah menguji kemampuan dirinya untuk bersekutu dengan alam yang keras, keberhasilan suatu pendakian yang sukar dan sulit berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan dirinya sendiri.

B. PENGERTIAN DAN TUJUAN KEGIATAN MOUNTAINEERING
- Mountain = Gunung
- Mountaineer = Orang yang berkegiatan di gunung
- Mountaineering = Segala sesuatu yang berkaitan dengan gunung atau dalam arti yang luas berarti suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pendakian ke puncak-puncak gunung yang sulit
Banyak alasan orang melakukan kegiatan mountaineering namun pada dasarnya keitan itu dilakukan untuk :
1. Mata pencaharian
2. Adat Istiadat
3. Agama /Kepercayaan
4. Ilmu Pengetahuan
5. Petualangan
6. Olahraga
7. Rekreasi


C. TERMONOLOGI (Kajian terminologi antara lain mencakup pembentukannya serta kaitan istilah dengan suatu budaya. Ahli dalam terminologi disebut dengan juru istilah (terminologist) GUNUNG
a) Gunung : Suatu puncak ketinggian dari atas permukaan laut dan dataran di sekelilingnya.
b) Pegunungan : Barisan/sekumpulan gunung yang saling berdekatan.
c) Bukit : Gunung Yang ketinggianya tidak lebih dari 600 mdpl
d) Perbukitan : Barisan/sekumpulan bukit yang salingberdekatan.
e) Tebing : Lereng pada dinding gunung yang terjal
f) Sadel : Pertemuan dua titik pada satu punggungan
g) Pass : Celah panjang diantara dua punggungan
h) Col : Celah sempit diantara dua puncak
i) Plateau : Dataran tinggi diatas daerah ketinggian
j) Summit : Puncak

Mendaki gunung dalam pengertian Mountaineering terdiri dari tiga tahap kegiatan, yaitu :

1. Berjalan (Hill Walking)
Secara khusus kegiatan ini disebut mendaki gunung. Hill Walking adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan di Indonesia. Kebanyakan gunung di Indonesia memang hanya memungkinkan berkembangnya tahap ini. Disini aspek yang lebih menonjol adalah daya tarik dari alam yang dijelajahi (nature interested)
2. Memanjat (Rock Climbing)
Walaupun kegiatan ini terpaksa harus memisahkan diri dari Mountaineering, namun ia tetap merupakan cabang darinya. Perkembangan yang pesat telah melahirkan banyak metode-metode pemanjatan tebing yang ternyata perlu untuk diperdalam secara khusus. Namun prinsipnya dengan tiga titik dan berat dan kaki yang berhenti, tangan hanya memberi pertolongan.

3. Mendaki gunung es (Ice & Snow Climbing)
Kedua jenis kegiatan ini dapat dipisahkan satu sama lain. Ice Climbing adalah cara-cara pendakian tebing/gunung es, sedangkan Snow Climbing adalah teknik-teknik pendakian tebing gunung salju. Dalam ketiga macam kegiatan di atas tentu didalamnya telah mencakup : Mountcamping, Mount Resque, Navigasi medan dan peta, PPPK pegunungan, teknik-teknik Rock Climbing dan lain-lain.
          II.PERSIAPAN MENDAKI GUNUNG
1. Pengenalan Medan
Untuk menguasai medan dan memperhitungkan bahaya obyek seorang pendaki harus menguasai menguasai pengetahuan medan, yaitu membaca peta, menggunakan kompas serta altimeter.
Mengetahui perubahan cuaca atau iklim. Cara lain untuk mengetahui medan yang akan dihadapi adalah dengan bertanya dengan orang-orang yang pernah mendaki gunung tersebut. Tetapi cara yang terbaik adalah mengikut sertakan orang yang pernah mendaki gunung tersebut bersama kita.
2. Persiapan Fisik
Persiapan fisik bagi pendaki gunung terutama mencakup tenaga aerobic dan kelenturan otot. Kesegaran jasmani akan mempengaruhi transport oksigen melelui peredaran darah ke otot-otot badan, dan ini penting karena semakin tinggi suatu daerah semakin rendah kadar oksigennya.
3. Persiapan Tim
Menentukan anggota tim dan membagi tugas serta mengelompokkannya dan merencanakan semua yang berkaitan dengan pendakian.
4. Perbekalan dan Peralatan
Persiapan perlengkapan merupakan awal pendakian gunung itu sendiri. Perlengkapan mendaki gunung umumnya mahal, tetapi ini wajar karena ini merupakan pelindung keselamatan pendaki itu sendiri. Gunung merupakan lingkungan yang asing bagi organ tubuh kita yang terbiasa hidup di daerah yang lebih rendah. Karena itu diperlukan perlengkapan yang memadai agar pendaki mampu menyesuaikan di ketinggian yang baru itu. Seperti sepatu, ransel, pakaian, tenda, perlengkapan tidur, perlengkapan masak, makanan, obat-obatan dan lain-lain.
BAHAYA DI GUNUNG
Dalam olahraga mendaki gunung ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pendakian.
1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang datang dari si pendaki sendiri. Apabila faktor ini tidak dipersiapkan dengan baik akan mendatangkan bahaya subyek yaitu karena persiapan yang kurang baik, baik persiapan fisik, perlengkapan, pengetahuan, ketrampilan dan mental.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang datang dari luar si pendaki. Bahaya ini datang dari obyek pendakiannya (gunung), sehingga secara teknik disebut bahaya obyek. Bahaya ini dapat berupa badai, hujan, udara dingin, longsoran hutan lebat dan lain-lain.
Kecelakaan yang terjadi di gunung-gunung Indonesia umumnya disebabkan faktor intern. Rasa keingintahuan dan rasa suka yang berlebihan dan dorongan hati untuk pegang peranan, penyakit, ingin dihormati oleh semua orang serta keterbatasan-keterbatasan pada diri kita sendiri.

          IV. LANGKAH-LANGKAH DAN PROSEDUR PENDAKIAN
Umumnya langkah-langkah yang biasa dilakukan oleh kelompok-kelompok pencinta alam dalam suatu kegiatan pendakian gunung meliputi tiga langkah, yaitu :

1. Persiapan
Yang dimaksud persiapan pendakian gunung adalah :
Menentukan pengurus panitia pendakian, yang akan bekerja mengurus : Perijinan pendakian, perhitungan anggaran biaya, penentuan jadwal pendakian, persiapan perlengkapan/transportasi dan segala macam urusan lainnya yang berkaitan dengan pendakian.
Persiapan fisik dan mental anggota pendaki, ini biasanya dilakukan dengan berolahraga secara rutin untuk mengoptimalkan kondisi fisik serta memeksimalkan ketahanan nafas. Persiapan mental dapat dilakukan dengan mencari/mempelajari kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga timbul dalam pendakian beserta cara-cara pencegahan/pemecahannya.

2. Pelaksanaan
Bila ingin mendaki gunung yang belum pernah didaki sebelumnya disarankan membawa guide/penunjuk jalan atau paling tidak seseorang yang telah pernah mendaki gunung tersebut, atau bisa juga dilakukan dengan pengetahuan membaca jalur pendakian. Untuk memudahkan koordinasi, semua peserta pendakian dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
- Kelompok pelopor
- Kelompok inti
- Kelompok penyapu
Masing-masing kelompok, ditunjuk penanggungjawabnya oleh komandan lapangan (penanggungjawab koordinasi).
Daftarkan kelompok anda pada buku pendakian yang tersedia di setiap base camp pendakian, biasanya menghubungi anggota SAR atau juru kunci gunung tersebut.
Didalam perjalanan posisi kelompok diusahakan tetap yaitu : Pelopor di depan (disertai guide), kelompok initi di tengah, dan team penyapu di belakang. Jangan sesekali merasa segan untuk menegur peserta yang melanggar peraturan ini.
Demikian juga saat penurunan, posisi semula diusahakan tetap. Setelah tiba di puncak dan di base camp jangan lupa mengecek jumlah peserta, siapa tahu ada yang tertinggal.
3. Evaluasi
Biasakanlah melakukan evaluasi dari setiap kegiatan yang anda lakukan, karena dengan evaluasi kita akan tahu kekurangan dan kelemahan yang kita lakukan. Ini menuju perbaikan dan kebaikan (vivat et floreat).