Rabu, 18 Februari 2015

Tips manajemen pendakian

Sebelum Anda memulai sebuah pendakian ke sebuah gunung, ada baiknya Anda mengerti bagaimana mempersiapkan segalanya dalam sebuah manajemen pendakian. Manajemen pendakian ini adalah sebuah ilmu yang biasanya wajib dikuasai oleh orang-orang yang menyebut dirinya pendaki gunung. Sekilas terlihat sepele, akan tetapi jika diabaikan akan berakibat kacaunya sebuah pendakian. Manajemen pendakian mudah sekali dipelajari dan diaplikasikan sebelum mendaki.
Hal-hal yang biasanya harus diperhatikan antara lain:
  • Perlengkapan yang harus dibawa
  • Jumlah personel yang ada dalam sebuah team
  • Berapa lama waktu yang diperlukan dalam ekspedisi itu.
  • Bagaimana kondisi alam yang hendak dijelajahi.
  • Persiapan jika terjadi kondisi yang tidak terprediksi (diluar kondisi normal)

Pilih Barang yang Dapat Berfungsi Ganda

Dalam memilih barang yang akan dibawa pergi mendaki gunung selalu cari alat/perlengkapan yang berfungsi ganda, tujuannya apalagi kalau bukan untuk meringankan berat beban yang harus anda bawa. Contoh : Nesting (tempat memasak untuk tentara), bisa digunakan untuk memasak juga untuk tempat makan maupun menyimpan alat-alat mendaki. Alumunium foil, bisa untuk pengganti piring, bisa untuk membungkus sisa nasi untuk dimakan nanti, dan yang penting bisa dilipat hingga tidak memakan tempat di ransel.

Matras

Sebisa mungkin matras disimpan di dalam ransel jika akan pergi ke lokasi yang hutannya lebat, atau jika akan membuka jalur pendakian baru. Banyak pendaki gunung yang lebih senang mengikatkan matras di luar, memang kelihatannya bagus tetapi jika sudah berada di jalur pendakian, baru terasa bahwa metode ini mengakibatkan matras sering nyangkut ke batang pohon dan semak tinggi, lagipula pada saat akan digunakan matrasnya sudah kotor.

Kantung Plastik

Selalu siapkan kantung plastik/ trash bag di dalam ransel anda, karena akan berguna sekali nanti misalnya untuk tempat sampah yang harus anda bawa turun gunung, baju basah dan lain sebagainya. Dapat juga berfungsi untuk lapisan anti air bagi ransel. Atau dapat juga dimanfaatkan sebagai jas hujan saat darurat.
Gunakan selalu kantung plastik untuk mengorganisir barang-barang di dalam ransel anda (dapat dikelompokkan masing-masing pakaian, makanan dan item lainnya), ini untuk mempermudah jika sewaktu-waktu anda ingin memilih pakaian, makanan dsb.

Menyimpan Pakaian

Jika anda meragukan ransel yang anda gunakan kedap air atau tidak, selalu bungkus pakaian anda di dalam kantung plastik, gunanya agar pakaian tidak basah dan lembab.
Sebaiknya pakaian kotor dipisahkan dalam kantung tersendiri dan tidak dicampur dengan pakaian bersih

Menyimpan Makanan

Sebaiknya makanan dikelompokkan sesuai ketahanan/ awetnya makanan disimpan. Untuk makanan yang tidak terlalu tahan lama, sebaiknya dibungkus dengan rapat atau di tempatkan memakai perlakuan khusus. Pilihlah makanan yang bervariasi tetapi mudah dan cepat dalam penyajian. Untuk makanan kaleng ada baiknya tidak terlalu banyak, karena selain berat kita juga harus membawa turun lagi kalengnya setelah dikonsumsi, karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan jika dibuang sembarangan.

Menyimpan Korek Api Batangan

Simpan korek api batangan anda di dalam bekas tempat film (photo), agar korek api anda selalu kering.

Packing Barang / Menyusun Barang Di Ransel

Selalu simpan barang yang paling berat di posisi atas, gunanya agar pada saat ransel digunakan, beban terberat berada di pundak anda dan bukan di pinggang anda hingga memudahkan kaki melangkah saat pendakian gunung ataupun saat turun nantinya. Usahakan untuk selalu mengingat-ingat dimana barang bawaan anda di tempatkan di dalam ransel, karena ada kalanya kita akan mencari barang tersebut dengan penerangan yang tidak memadai, jadi akan lebih cepat jika anda mengetahui dengan pasti dimana letak barang yang anda cari tanpa melihatnya sekalipun. Akan lebih baik anda membawa hal-hal yang menunjang selama perjalanan dan jangan membawa barang yang tidak dibutuhkan selama anda mendaki, karena selain tidak akan berguna juga memberatkan bekal bawaan di perjalanan.

Obat- obatan

Ada kalanya penting juga untuk membawa obat-obatan P3K, atau obat-obat pribadi dalam kantung atau tempat yang mudah terjangkau, karena jika kita mengalami keadaan yang darurat obat itu mudah untuk ditemukan semua orang.

Minuman beralkohol

Sebaiknya tidak dibawa. Sering kali orang ditempat dingin membutuhkan minuman yang hangat, akan tetapi minuman beralkohol bukan pilihan yang tepat disana. Oleh karena minuman tersebut dapat memicu pecahnya kapiler darah karena terlalu cepatnya kapiler darah memuai dalam tubuh.

Manajemen Pendakian

Ada baiknya sebelum memulai pendakian, Anda mencari informasi jalur dan angkutan serta info-info penting lainnya pada para pendaki yang pernah berkunjung kesana, karena hal itu akan sangat berguna untuk persiapan pendakian berkaitan dengan bujet (dana), alat dan perlengkapan yang akan dibawa, transportasi apa yang memungkinkan dan paling cepat, berapa lama anda akan menginap, serta makanan apa saja yang akan anda siapkan, berapa banyak air yang harus dibawa, dll. Hal itu sangat penting mengingat kita akan jauh dari fasilitas yang bisa kita dapatkan di perkotaan, sehingga jika terjadi hal-hal yang di luar kendali kita, paling tidak kita ada persiapan sebelumnya.

Cahaya / Lampu

Benda ini sifatnya sangat vital, tetapi kadang kurang diperhatikan. Ada baiknya kita membawa cadangan sumber cahaya di gunung. Bisa memakai senter ataupun penerangan konvensional semacam lilin ataupun lampu minyak. Hal ini dapat dipilih berdasarkan murah dan gampangnya bahan bakarnya didapatkan. Hal lain yang musti menjadi perhatian adalah, jika mengunakan penerangan berupa api harus mewaspadai keamanan dan tempatnya karena akan jadi mimpi buruk jika kita tidak berhati-hati dalam menjaganya. Sediakan pula dop dan baterai cadangan dan simpan di tempat yang mudah dijangkau, sehingga jika dibutuhkan sewaktu-waktu dapat segera ditemukan. Ada baiknya baterai bekas di bawa turun lagi, agar tidak menyebabkan polusi.

Jas Hujan

Perlengkapan satu ini mutlak dibawa walaupun tidak musim hujan, karena perlengkapan ini mempunyai banyak fungsi di gunung. Selain dipakai saat hujan tiba, jas hujan dapat juga digunakan sebagai tenda darurat (bivoak), alas tidur darurat, atap darurat, selimut darurat, juga bisa dipakai sebagai unsur penting tandu darurat. Jadi jangan sepelekan perlengkapan yang satu ini.
Selamat Mendaki……
Sayangilah Hutan Kita……

SURVIVAL (tekhnik bertahan hidup di alam bebas)

                Kegiatan di alam bebas adalah kegiatan yang bersifat menyenangkan, karena kita bisa melihat, menikmati, mengagumi dan belajar mengenai ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa yang terbentang di alam. Alasan melakukan kegiatan di alam bebas antara lain sebagai sarana olahraga (sport), kegemaran (hobby), pendidikan (education), penelitian (research), pelatihan (training) atau sekedar menikmati keindahan alam (refreshing). Kegiatan ini sangat beragam tergantung tujuannya, antara lain mendaki gunung (mountaineering), panjat tebing (rock climbing), penelusuran gua (caving) dan yang lainnya.
             Dan bila diantara sobat ada yang punya hobby menempuh rimba atau mendaki gunung, pastilah kenal dengan istilah survival, yaitu upaya untuk bisa bertahan hidup di alam liar.
              Pengetahuan survival wajib dikuasai oleh para petualang (Ranger) untuk menghadapi situasi darurat lantaran kehilangan orientasi (tersesat) atau kehabisan logistic (bekal). Kiat hidup darurat ini penting, walaupun sejak awal sobat telah mempersiapkan segala sesuatu dengan secermat mungkin, tapi alam kerap sulit diprediksi perilakunya, sehingga menjadi suatu keharusan bagi penggiat alam terbuka untuk mempersiapkan segala sesuatunya dengan cermat, dan yang harus diperhatikan sebelum melakukan kegiatan di alam bebas adalah : meliputi persiapan alat atau perlengkapan, kesehatan dan kondisi fisik, biaya selama kegiatan dan data informasi mengenai lokasi, jalur, medan serta cuaca.
              Kemanapun lokasi yang kita tuju, apapun jenis medan yang dilalui, seberapa buruknya cuaca yang dihadapi atau seberapa besar hambatan yang datang, bukanlah suatu masalah yang berarti jika dibekali dengan persiapan dan perencanaan yang matang. Tapi dari semua persiapan yang dilakukan, ada satu hal yang paling penting untuk diperhatikan yaitu pengetahuan mengenai diri sendiri terutama daya fisik dan mental kita.
               Sebaliknya bila tidak dipersiapkan dan direncanakan secara matang, maka akan menyebabkan kondisi darurat, sehingga memaksa kita harus bertahan hidup (survival) sebelum mendapatkan pertolongan atau keluar dari situasi dan kondisi yang tidak diharapkan tersebut. Pengetahuan tentang survival sangat diperlukan bagi para penggiat alam terbuka sebagai "senjata" yang bisa digunakan pada saat terdesak menghadapi kondisi darurat.
              Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan diri dari keadaan tertentu .dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari keadaan yang buruk dan kritis. Survivor adalah orang yang sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.
              Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam
S : Sadar dalam keadaan gawat darurat
U : Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
R : Rasa takut dan putus asa hilangkan
V : Vitalitas tingkatkan
I : Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
V : Variasi alam bisa dimanfaatkan
A : Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
L : Lancar, slaman, slumun, slamet
                Bagaimana cara kita survive yang diakibatkan karena tersesat? Sebagaimana kita ketahui, tersesat adalah hilangnya orientasi, tidak mengetahui posisi yang sebenarnya dan arah yang akan dituju.
               Hal tersebut biasanya disebabkan karena berjalan pada malam hari, tidak cukup sering menggunakan peta dan kompas dalam perjalanannya, tidak tahu titik awal pemberangkatan di peta dan melakukan potong kompas.
 Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah tersesat antara lain :
Ø  Selalu melapor kepada petugas terkait atau orang yang dipercaya mengenai tujuan perjalanan, lamanya dan jumlah anggota yang ikut
Ø  Selalu mengingat keadaan sekitar perjalanan berdasarkan kelima indera yang dimiliki
Ø  Tetaplah berada pada jalur yang telah ada dengan memberi petunjuk pada tiap persimpangan
Ø  Perhatikan objek yang mencolok seperti mata air, bukit, sungai atau gunung
Ø  Pada saat berjalan sekali-kali tengoklah ke arah belakang, ingatlah jalur tersebut, jika dilihat dari arah berlawanan
Ø  Pelajari dengan benar alat-alat navigasi yang dibawa
Ø  Gunakanlah kompas sebelum tersesat
Ø  Belajar membaca tanda-tanda alam untuk menentukan arah mata angin
Ø  Jangan pernah percaya secara penuh kepada orang lain termasuk kepada pemimpin.
Pedoman yang bisa digunakan apabila tersesat adalah yaitu :
S = Seating, duduk dan beristirahat dengan santai, hilangkan kepanikan
T = Thinking, berpikir secara jernih (logis) dalam situasi yang sedang dihadapi
O = Observation, melakukan pengamatan/observasi medan di lokasi sekitar, kemudian tentukan arah dan
tanda-tanda alam yang dapat dimanfaatkan atau yang harus dihindari
P = Planning, buat rencana dan pikirkan konsekuensinya bila anda sudah memutuskan sesuatu yang akan
anda lakukan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi keadaan tersesat adalah :
v  Membuat tempat berlindung (shelter) dari bahaya atau cuaca buruk
v  Tetap tenang, tidak panik, berpikir jernih dan mencoba ingat jalur perjalanan
v  Orientasi dapat dipermudah dengan menuju tempat yang tinggi atau memanjat pohon
v  Gunakan kompas dan peta (alat navigasi)Buat petunjuk untuk mempermudah orang lain mencari keberadaan kita, misalnya dengan tulisan, peluit, asap, sinar atau berteriak
v  Tetap bersama-sama dengan kelompok dalam kondisi apapunMemanfaatkan situasi dengan menunggu bantuan, mencari makanan, mencari air dan lainnya.
                                  
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor
1. Sikap mental
- Semangat untuk tetap hidup
- Kepercayaan diri
- Akal sehat
- Disiplin dan rencana matang
- Kemampuan belajar dari pengalaman

2. Pengetahuan
- Cara membuat bivak
- Cara memperoleh air
- Cara mendapatkan makanan
- Cara membuat api
- Pengetahuan orientasi medan
-
Cara mengatasi gangguan binatang
- Cara mencari pertolongan

3. Pengalaman dan latihan
- Latihan mengidentifikasikan tanaman
- Latihan membuat trap, dll

4. Peralatan
- Kotak survival
- Pisau jungle , dll

5. Kemauan belajar
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
• Mengkoordinasi anggota
• Melakukan pertolongan pertama
• Melihat kemampuan anggota
• Mengadakan orientasi medan
• Mengadakan penjatahan makanan
• Membuat rencana dan pembagian tugas
• Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia luar
• Membuat jejak dan perhatian
• Mendapatkan pertolongan



                                    Bahaya-bahaya dalam survival

Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
1. Ketegangan dan panik
Pencegahan :
- Sering berlatih
- Berpikir positif dan optimis
- Persiapan fisik dan mental

2. Matahari / panas
- Kelelahan panas
- Kejang panas
- Sengatan panas

Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas :
- Penyakit akut/kronis
- Baru sembuh dari penyakit
- Demam
- Baru memperoleh vaksinasi
- Kurang tidur
- Kelelahan
- Terlalu gemuk
- Penyakit kulit yang merata
- Pernah mengalami sengatan udara panas
- Minum alkohol
- Dehidrasi

Pencegahan keadaan panas :
- Aklimitasi
- Persedian air
- Mengurangi aktivitas
- Garam dapur
- Pakaian :
- Longgar
- Lengan panjang
- Celana pendek
- Kaos oblong

3. Serangan penyakit
- Demam
- Disentri
- Typus
- Malaria

4. Kemerosotan mental
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah
Keadaan lingkungan mencekam
Pencegahan : Usahakan tenang
Banyak berlatih

5. Bahaya binatang beracun dan berbisa
Keracunan
Gejala
: Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang
mencret, kejang-kejang seluruh badan, bisa pingsan.
Penyebab : Makanan dan minuman beracun
Pencegahan : Air garam di minum
Minum air sabun mandi panas
Minum teh pekat
Di tohok anak tekaknya

6. Keletihan amat sangat
Pencegahan : Makan makanan berkalori
Membatasi kegiatan

7. Kelaparan
8. Lecet
9. Kedinginan  ; Untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian


                                        
                                        ini salah satu contoh bivak yang salah versi anggota diklat 2013

Membuat Bivak (Shelter)
Tujuan : untuk melindungi dari angin, panas, hujan, dingin
Macam :
a. Shelter asli alam
Gua : Bukan tempat persembunyian binatang
Tidak ada gas beracun
Tidak mudah longsor
b. Shelter buatan dari alam   (ranting,daun-daun,tali) tdk boleh di bongkar karna sebagai   alat komunikasi terhadap tim SAR bahwa kita penah hidup disana.
c. Shelter buatan      


                                         Syarat bivak :
# Hindari daerah aliran air                                                                                                       # dekat dengan kebutuhan sumber air,maknan
# Di atas shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
# Bukan sarang nyamuk/serangga
# Bahan kuat
# Jangan terlalu merusak alam sekitar
#Terlindung langsung dari angin                                                                                          # pada tanah tinggi yang berbentuk miring perhatikan aliran air,buatlah irigasi air disekitar bivak
i dirikan di tempat lapang, jangan berimbunan
 


                                Mengatasi Gangguan Binatang
a. Nyamuk
• Obat nyamuk, autan, dll
• Bunga kluwih dibakar
• Gombal dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk
• Gosokkan sedikit garam pada bekas gigitan nyamuk
b. Laron
• Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
c. Lebah
Apabila disengat lebah :
• Oleskan air bawang merah pada luka berkali-kali
• Tempelkan tanah basah/liat di atas luka
• Jangan dipijit-pijit
• Tempelkan pecahan genting panas di atas luka
d. Lintah
Apabila digigit lintah :
• Teteskan air tembakau pada lintahnya
• Taburkan garam di atas lintahnya
• Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya
• Taburkan abu rokok di atas lintahnya
e. Semut
• Gosokkan obat gosok pada luka gigitan
• Letakkan cabe merah pada jalan semut
• Letakkan sobekan daun sirih pada jalan semut
f. Kalajengking dan lipan
• Pijatlah daerah sekitar luka sampai racun keluar
• Ikatlah tubuh di sebelah pangkal yang digigit
• Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka
• Bobokkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka
• Taburkan garam di sekeliling bivak untuk pencegahan
g. Ular
Pembahasan lebih lanjut dalam materi EMC


                                      Membuat Perangkap (Trap)
Macam-macam trap :
• Perangkap model menggantung
• Perangkap tali sederhana
• Perangkap lubang jerat
• Perangkap menimpa
• Apace foot share
Bahan :
• tali/kawat
• Umpan
• Batang kayu
• Cabang pohon


                                        Membaca Jejak
Jenis :
• Jejak buatan : dibuat oleh manusia
• Jejak alami : tanda jejak sebagai tanda keadaan lingkungan
Jejak alami biasanya menyatakan tentang :
• Jenis binatang yang lewat
• Arah gerak binatang
• Besar kecilnya binatang
• Cepat lambatnya gerak binatang
Membaca jejak alami dapat diketahui dari :
• Kotoran yang tersisa
• Pohon atau ranting yang patah
• Lumpur atau tanah yang tercecer di atas rumput

                                                  Air
           
Seseorang dalam keadaan normal dan sehat dapat bertahan sekitar 20 – 30 hari tanpa makan, tapi orang tsb hanya dapat bertahan hidup 3 – 5 hari saja tanpa air.
    Air yang tidak perlu dimurnikan :
1. Hujan
Tampung dengan ponco atau-daun yang lebar dan alirkan ke tempat penampungan
2. Dari tanaman rambat/rotan
Potong setinggi mungkin lalu potong pada bagian dekat tanah, air yang menetes dapat langsung ditampung atau diteteskan ke dalam mulut
3. Dari tanaman
Air yang terdapat pada bunga (kantung semar) dan lumut
       Air yang harus dimurnikan terlebih dahulu :
1. Air sungai besar
2. Air sungai tergenang
3. Air yang didapatkan dengan menggali pasir di pantai (+ 5 meter dari batas pasang surut)
4. Air di daerah sungai yang kering, caranya dengan menggali lubang di bawah batuan
5. Air dari batang pisang, caranya tebang batang pohon pisang, sehingga yang tersisa tinggal bawahnya lalu buat lubang maka air akan keluar, biasanya dapat keluar sampai 3 kali pengambilan




                                                       Makanan
             apabila menghadapi situasi darurat yang diakibatkan karena kehabisan logistic selama melakukan kegiatan alam terbuka maka Patokan dalam memilih makanan :
• Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
• Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
• Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo
• Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan-lengan-bibir-lidah,    tunggu sesaat. Apabila aman bisa dimakan
• Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam Hubungan air dan makanan
• Untuk air yang mengandung karbohidrat memerlukan air yang sedikit
• Makanan ringan yang dikemas akan mempercepat kehausan
• Makanan yang mengandung protein butuh air yang banyak

Tumbuhan yang dapat dimakan
Dari batangnya :
• Batang pohon pisang (putihnya)
• Bambu yang masih muda (rebung)
• Pakis dalamnya berwarna putih
• Sagu dalamnya berwarna putih
• Tebu
Dari daunnya :
• Selada air
• Rasamala (yang masih muda)
• Daun mlinjo
• Singkong
Akar dan umbinya :
• Ubi jalar, talas, singkong
Buahnya :
• Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
• Jamur merang, jamur kayu
                                               Ciri-ciri jamur beracun :
• Mempunyai warna mencolok
• Baunya tidak sedap
• Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
• Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
• Bila diraba mudah hancur
• Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
• Tumbuh dari kotoran hewan
• Mengeluarkan getah putih
Binatang yang bisa dimakan
• Belalang
• Jangkrik
• Tempayak putih (gendon)
• Cacing
• Jenis burung
• Laron
• Lebah , larva, madu
• Siput
• Kadal : bagian belakang dan ekor
• Katak hijau
• Ular : 1/3 bagian tubuh tengahnya
• Binatang besar lainnya
Binatang yang tidak bisa dimakan
• Mengandung bisa : lipan dan kalajengking
• Mengandung racun : penyu laut
• Mengandung bau yang khas : sigung


                                                          Api                Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
1. Dengan lensa / Kaca pembesar
Fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
2. Gesekan kayu dengan kayu.
Cara ini adalah cara yang paling susah, caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar
3. Busur dan gurdi
Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar.
Bahan penyala yang baik adalah kawul terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren

                        


 Survival kit
Ialah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa dalam perjalanan :
• Perlengkapan memancing
• Pisau
• Tali kecil
• Senter
• Cermin suryakanta, cermin kecil
• Peluit
• Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air
• Tablet garam, norit
• Obat-obatan pribadi
• Jarum + benang + peniti
• dll 

Falsafah Ilmu Ransel Seorang Backpacker

Ada sebuah teori dalam dunia backpacking : berat ransel berbanding lurus dengan stamina seseorang. Semakin berat sebuah ransel, maka semakin cepat habis stamina kita, semakin ringan ransel kita, maka stamina kita akan bertahan lama.
Kau tak akan menemukan teori ini didalam buku manapun. Hal tersebut akan kau pelajari saat backpacking atau mendaki gunung.
Teori yang pada dasarnya masih dapat kita bantah. Traveling bersama seorang yang kita sukai, selelah apapun perjalanan tetap akan membuat kita semangat dan tak mudah lelah. Begitu pula saat kau berada di sebuah tempat idaman, ransel seberat apapun akan terasa ringan dipunggung.
Kembali pada konsep awal, anggap kita semua sepakat dengan teori tersebut. Hal itulah yang memaksaku mencoba mencari formula paling tepat saat packing.
Pada prinsipnya packing harus aman, efisien dan nyaman. Semua orang mengetahui hal tersebut, pertanyaannya adalah, bagaimanakah packing yang aman, efisien, dan nyaman?
Untuk mengerti bagaimana packing yang aman, efisien dan nyaman, sebelumnya kita harus memahami dan mengamalkan falsafah ilmu ransel.

1. Buat Daftar Barang Bawaan Dengan Detail

Saat mendaki beberapa gunung seperti Gunung Gede atau Gunung Semeru, petugas akan meminta daftar barang bawaan. Jika kau telah menyiapkannya sejak awal tentu akan lebih menghemat waktu.
“Manfaat lain sudah jelas, daftar barang bawaan memudahkan unutk menginventarisir barang apa saja yang kita bawa”
Percayalah, daftar barang bawaan akan lebih berguna saat kau akan pulang kembali kerumah.

2. Bedakan Perlakuan Pada Masing- masing Barangmu

Memisahkan barang-barang kita seperti peralatan tidur (jaket dan sleeping bag), menu makan, peralatan camp jika dibutuhkan ( tenda, flysheet, tali), P3K, navigasi serta peralatan memasak.
Untuk menyimpan benda tajam kau harus menutupnya menggunakan sarung kain atau gulungan koran.
“Jika membawa sayuran, gulung terlebih dahulu menggunakan kertas koran sebelum dimasukan ke kantong plastik, serta usahakan jangan sampai terhimpit. Keduanya untuk mencegah sayur membusuk dengan cepat. Paling tidak kita dapat memperlambatnya”
Pastikan spirtus atau minyak tanah telah kau bungku dengan plastik. Saat suhu panas mereka dapat menguap dan menyebarkan bau tak sedap keseluruh ranselmu jika kau tak menutupnya dengna kantong plastik.
Jika kau ingin membawa telur, gulung berlapis-lapis menggunakan kertas koran dan simpan dalam wadah yang keras. Akan lebih baik jika kau mnyimpannya dalam wadah berisi beras.

3. Lancar Tidaknya Travelingmu Ditentukan Oleh Kecerdasanmu Dalam Berkemas

Posisi barang yang salah saat berkemas akan membuat perjalananmu tidak nyaman. Paling buruk dapat menyebabkan sakit punggung berkepanjangan.
Letakan beban berat sedekat mungkin dengan punggung. Pada umumnya posisi paling bawah adalah peralatan tidur.
Di atasnya, bagian paling dekat dengan punggung adalah barangmu dengan beban paling berat. Biasanya peralatan memasak. Makin belakang adalah barang yang memiliki bobot lebih ringan.
Paling atas adalah peralatan paling ringan dan sekiranya paling sering kalian butuhkan. Perhatikan pula beban sebelah kiri dan kanan ransel harus seimbang.
“Percayalah, membuat kesalahan saat packing artinya peluang travelingmu berakhir buruk naik hingga 50% lebih”

4. Maksimalkan Semua Ruang yang Ada Dalam Ransel, Hindari Menggantungkan Barang diluar Ransel

Matras serta benada-benda lain diusahakan masuk kedalam ransel. Barang-barang yang berada di luar ransel, selain tak rapi dan menggangu keseimbangan, berbahaya jika sampai tersangkut ranting pohon atau sejenisnya.

5. Tas Tambahan adalah Solusi Terbaik Untuk Barang-barang Elektronik

Usahakan jangan mencampur gadget-gadget canggihmu seperti kamera, smartphone atau mungkin tabletmu kedalam ransel bersama benda-benda lain. Kau mungkin sangat yakin dengan kemampuan gorilla glass smartphonemu, atau kameramu yang kau tonton di youtube memiliki daya tahan luar biasa terhadap guncangan.
“Mereka tak sekuat yang kau kira. Perjalananmu akan berakhir sedih jika kau mendapati layar smartphonemu retak atau lensa kameramu tak dapat tersambung dengan baik pada body kamera”
Selalu gunakan tas tambahan untuk membawa benda-benda kesayanganmu tersebut.

6. Jadilah Seorang Master Pengendali Ransel

Ransel yang tepat akan sangat membantu. Pertama ukurlah panjang tubuhmu. Ukur mulai dari tulang yang menonjol tepat di bawah tengkuk/leher, hingga kebawah mengikuti tulang punggung sampai ke titik bawah antara tulang pinggul. Perhatikan kedua sisi pinggang.
Saat mencoba ransel, pastikan kedua belah ikat pinggang tepat pada tonjolan tulang pinggang, bukan pada pinggang.
Saat mengencangkan tali-tali ransel pada tubuh, selalu awali dengan mengencangkan tali ransel ke pinggang terlebih dahulu, kemudian baru tali pundak dan tali lainnya. Hal ini dikarenakan berat ransel sebagian besar akan ditahan oleh ikat pinggang ransel.
Saat mengangkat ranselpun tak boleh sembarangan. Jangan pernah mengangkat ransel dari bawah ke pundak tanpa kuda-kuda. Pertama angkat ransel pada talinya kuat-kuat, lalu masukan satu lengan sampai batas tali pundak di pundak, kemudian baru masukan lengan yang satu lagi. Kalau tak kuat mengangkatnya langsung, letakan ranselmu dipaha terlebih dahulu kemudian baru dikaitkan dipundak.

“Falsafah ilmu ransel merupakan ilmu yang wajib dikuasai para backpacker atau pendaki gunung. Penguasaan ilmu ransel inilah yang kelak akan menyelamatkan perjalananmu”


Pahami, pelajari dan pratikan dan kau lulus sebagai backpacker sejati.

13 Tanda Kamu Terlahir dengan Bakat Sebagai Traveler

Waktu libur yang begitu singkat tak memungkinkan untuk melakukan traveling ke luar kota. Rindu akan menjamah destinasi baru pun harus rela untuk tertunda. Tak ada pilihan selain sekedar mengumpulkan amunisi untuk wacana traveling berikutnya.
Membaca berbagai web dan blog traveling menjadi hiburan tersendiri bagi saya. Beberapa di antaranya berhasil membuat saya ingin menjamah destinasi yang diceritakan. Tulisan bergenre story telling memang ampuh menghipnotis saya untuk masuk ke dalam kisah perjalanan.
Blog dengan nuansa traveling mulai menjadi bacaan sehari-hari, dari traveler yang mengaku pemula, hingga traveler papan atas seperti mbak Trinity. Entah memang karena traveling mulai masuk sebagai budaya populer yang bergengsi, gaya hidup, kebutuhan, atau mungkin memang hobi sejak mereka lahir.
Jika memang itu adalah bakat yang kemudian tumbuh sebagai hobi, bahkan profesi, tentunya akan berbeda dengan seseorang yang mengaku traveler, tapi sekedar “ikut-ikutan”. Berangkat dari berbagai kumpulan kisah dan cerita perjalanan para bloger di dunia maya, maka terlihat beberapa tanda yang menunjukan bahwa seseorang memiliki bakat traveling sebagai berikut;
1. Memiliki minat yang tinggi untuk mencoba hal-hal baru, kuliner, permainan tradisional, menginang, tarian tradisional, kecuali ganja.
2. Kamu mengetahui ucapan salam dari berbagai bahasa.Entah dari bahasa daerah di Indonesia, hingga bahasa dari negara yang berbeda.
3. Orang-orang yang berbicara denganmu dapat dengan mudah disebut sebagai teman. Terbuka dan membuka diri bisa jadi adalah keperibadianmu.
4. Kamu tidak pernah punya masalah dengan kata “tersesat”. Bagimu, tersesat adalah bagian dari petualangan yang harus diselesaikan.
5. Kamu tidak dapat menentukan kapan akan mengakhiri perjalanan atau istirahat untuk melakukan petualangan berikutnya.
6. Travel writer, antropolog, arkeolog, dan leader giude adalah deretan pekerjaan yang menjadi idamanmu sejak kecil.
7. Paspor dan visa menjadi barang yang wajib kamu miliki selama hidup.
8. Kamu akan kebingungan untuk menunjuk satu tempat ketika seseorang bertanya “destinasi manakah yang akan kamu kunjungi di musim ini?”.
9. Kamu tidak tertarik dengan pekerjaan yang menawarkan meja kerja nyaman, ruangan ber-AC, bahkan transportasi gratis.
10. Krisis finansial bukanlah masalah serius bagimu, selalu ada celah untuk traveling secara murah.
11. Stasiun kereta api dan bus transit adalah kendaraan terbaikmu untuk mengumpulkan pengalaman dengan sejuta karakter manusia.
12. Kisah perjalanan yang dicatat di jurnal adalah aset berharga bagimu.
13. Kamu pernah berpikir bahwa suata saat kamu akan mengajak orang yang kamu sayangi untuk pergi menjamah suatu destinasi terbaik di dunia.

Terlahir dengan jiwa traveler ataupun newbie dalam dunia traveling bukanlah menjadi persoalan besar. Selama kamu menikmati perjalanan, menemukan sesuatu yang belum tentu ditemukan orang lain, dan saling berbagi makna dengan penduduk lokal, maka perjalananmu akan menjadi bagian perjalanan yang tak akan pernah disesali.

Waspada, 7 Gejala ini Menandakan Kamu Butuh Traveling

Prameswari Mahendrati 




photo by  anna gutermuth
photo by anna gutermuth
“Bekerja di ibu kota tak mudah, begitu kejam dan penuh tekanan”, salah satu keluhan dari segelintir teman yang mengadu nasib di Jakarta. Tak bisa disalahkan, memang begitulah keadaan hidup di kota metropolitan, kota sejuta masalah, namun tak menutup kemungkinan pula hidup di luar Jakarta menjamin kenyamanan dalam bekerja.
Bekerja itu harus, tapi apa yang dikerjakan itu adalah pilihan
Seketika teringat dengan ucapan seorang tokoh idola saya, Ridwan Kamil, Walikota Bandung, “Pekerjaan yang asik itu adalah hobi yang dibayar”. Entahlah, satu kalimat itu berhasil membangkitkan idealisme saya.
“Ah itu sih cuma teori, realitasnya gak semua orang bisa kerja berdasarkan hobi, tuntutan kebutuhan mendesak supaya kita bekerja di tempat yang pasti-pasti saja, PNS misalnya, atau tergantung perusahaan mana yang menerima kita terlebih dahulu”. Selalu ada pendapat yang terbantahkan. Bekerja, bekerja, dan bekerja itulah yang sekarang ada dipikiran beberapa teman yang dulu adalah partner traveling saya.
Bekerja di kota metropolitan sepertinya telah berhasil mengubah karakter sebagian orang. Tekanan, deadline, dan target menjadi teman akrab sehari-hari. Traveling pun seakan-akan menjadi barang mewah bagi si pekerja keras. Keinginan untuk terus bekerja belum tentu sejalan dengan tubuh yang membutuhkan refreshing.
Berikut gejala-gelaja bahwa kamu membutuhkan waktu untuk traveling dan lepas dari pekerjaan;

1. Intensitas Tertawa dalam Sehari dapat Dihitung dengan Jari

Pikiran dan konsentrasi lebih memforsir tenaga dibandingkan dengan bekerja dengan otot, itulah sebabnya bekerja di depan laptop membuat saya lebih cepat lelah ketimbang jogging 5 putaran. Tekanan seseorang berbanding lurus dengan ekspresi yang ditunjukan, paling tidak begitulah yang saya alami sehari-hari.
Melihat beberapa foto lama bersama teman-teman sewaktu masa kuliah, senyum lebar dan ekspresif, rasanya akan jelas berbeda jika dibandingkan dengan masa kini, senyum hampir dilakukan hanya jika dibutuhkan.

2. Mulai Lupa Kapan Terakhir Kali Mengunjungi Suatu Tempat

Pekerjaan membuat pikiran dan tenaga terfokuskan pada satu titik, yaitu target. Duduk di meja kerja, melihat-lihat buku catatn di dalam laci. Hanya tabel dan bagan yang terlihat. Tak ada lagi coretan-coretan berantakan tentang petualangan di suatu destinasi.
Hanya angka dan analisisnya yang diingat minggu ini, bahkan bulan lalu, namun belum tentu kamu mengingat destinasi mana atau terakhir kali yang kamu kunjungi bersama travelmatemu.

3. Kamu Tak Dapat Menikmati Pemandangan Sepele di Sekitarmu

Terbangun di tengah malam dan terjaga hingga pagi hari bukan untuk menikmati angin malam atau mengejar surrise, tapi hanya untuk memandang tumpukan kertas dan buku agenda yang diterangi oleh lampu di meja kerja.
Jangankan memikirkan untuk menjamah destinasi dengan spot sunrise terindah, memandang 5 menit ke jendela pun tak terpikirkan.

4. Temperamen Adalah Karakter Baru

Macet selama dua jam, suara klakson di mana-mana, tak jarang beberapa pengendara membuka jendela kendaraan sembari berteriak dengan wajah tertekuk. Beban deadline dan target, serta ketidaknyamanan selama perjalanan pulang tak menutup kemungkinan mempengaruhi emosi.
Jangankan mengajak berbincang, sekedar menyapa bagi seorang yang sedang mengalami stres berat pun adalah hal yang tidak tepat untuk dilakukan.

5. Gadget Tak Berjarak Jauh dari Tubuhmu

Duduk bersantai sambil membaca koran, menikmati kopi hitam dengan sedikit gula, dan berbincang-bincang, bisa menjadi kegiatan langka bagi si pekerja keras, namun sangat menyebalkan bila apa yang saya bicarakan tak ditanggapi secara serius oleh lawan bicara.
Kurang dari dua bulan tak bertemu dengan salah seorang kerabat rupanya sikap dan etika berbeda sudah terasa semenjak ia meniti karir sebagai sekretaris kontraktor. Berbincang dua arah, tetapi sibuk dengan gadget pribadi, setiap 5 menit menerima telvon, tentu tak ada lawan bicara yang nyaman dengan keadaan seperti itu.

6. Akhir Pekan Hanyalah Sebuah Status

Kadang kala saya pun merengek meminta perhatian lebih kepada ayah saya. Berangkat pagi dan pulang larut malam membuat berkurangnya quality time bersama keluarga. Bahkan ketika akhir pekan tiba, pekerjaan masih menjadi sahabat yang tak bisa dilepaskan.

7. Satu-satunya Olah Raga yang Dilakukan Adalah Berjalan dari Meja ke Toilet

Jangankan melakukan jogging di pagi hari, sekedar bersantai dan membaca buku favorit saja tidak sempat. Meja kerja menjadi tempat paling nyaman untuk disinggahi. Toilet yang jaraknya tak sampai 300 meter pun menjadi olah raga untuk merenggangkan otot saking sibuknya dengan apa yang dikerjakan.
Tak ada salahnya mengambil cuti dan melupakan pekerjaan dua hingga tiga hari untuk sekedar mengunjungi destinasi-destinasi terdekat. Abaikan semua dering telepon dan tinggalkan laptop di rumah karena tubuh dan pikiranmu juga membutuhkan celah untuk menghirup udara segar puncak Gunung Merbabu, menghangatkan tubuh dan bermain pasir di Pantai Indrayanti, atau berkunjung ke dunia bawah laut di Wakatobi.
Apalah arti sebuah kerja keras jika kamu sendiri tak dapat menikmati hidup. Percayalah kawan, alam pun akan merindukanmu untuk menjamahnya.

Senin, 16 Februari 2015

Ini Alasan Kenapa Pendaki Gunung Adalah Pacar Idaman


Percaya nggak percaya pendaki gunung ternyata punya kualitas oke sebagai calon pendamping loh.
Mereka yang gemar melangkahkan kaki untuk menggapai puncak-puncak tertinggi, mereka yang tidak keberatan membawa keril berisi bahan makanan dan peralatan berkemah, mereka yang rela menghabiskan waktu berhari-hari di dalam hutan demi bisa mengalahkan diri sendiri. Penasaran kan kenapa kamu harus mempertimbangkan dia yang gemar mendaki gunung untuk menjadi calon pasangan?

1. Dia Terbiasa Menetapkan Target

Dia tahu apa tujuan akhirnya
Dia tahu apa tujuan akhirnya via ase7adventure.files.wordpress.com
Orang yang sukses adalah mereka yang berani menetapkan target dan mematuhinya. Ya iya juga sih, apa gunanya target tinggi tapi gak ada usaha untuk menjangkaunya? Pendaki gunung sudah akrab dengan kebiasaan yang satu ini. Mereka terbiasa menetapkan tujuan akhir yang harus dicapai dalam setiap pendakian.
Sebelum pendakian dimulai, dia akan memperhitungkan waktu dan tenaga yang dimiliki kemudian menyesuaikannya dengan rute yang akan dihadapi. Dia bisa dengan tepat menetapkan target sesuai sumber daya. Kemampuan ini oke banget jika diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kamu gak perlu khawatir punya pacar selo yang gak punya target dalam hidup kalau pacaran sama pendaki gunung.


2. Punya Semangat Untuk Mengalahkan Diri Sendiri

Batasan diri sendiri selalu bisa dikalahkan
Batasan diri sendiri selalu bisa dikalahkan via imajimaya.files.wordpress.com
Musuh terbesar seseorang sebenarnya bukan orang lain atau lingkungan di sekitarnya, melainkan dirinya sendiri. Inilah filosofi yang dipegang oleh kebanyakan pendaki gunung. Kegiatan mendaki dipahami sebagai proses mengalahkan batas diri sendiri. Menantang diri untuk mengalahkan rasa letih demi menjejakkan kaki di puncak.
Pasanganmu yang gemar mendaki gunung tahu bahwa tujuan akhirnya gak akan bisa dicapai jika dia tidak keras pada dirinya sendiri. Dalam kepalanya akan bergaung suara, “Ayo jalan 5 langkah lagi!” setiap kakinya hendak mogok minta berhenti. Dia gak mau dikalahkan oleh rasa capek, malas, lapar ataupun dingin. Dia bisa mengontrol dirinya untuk terus berjuang mengalahkan semua keengganan yang muncul dari beratnya proses pendakian.


3. Dia Pasti Rendah Hati

Pendaki yang baik tidak pernah merasa dirinya lebih hebat dari orang lain. Walaupun dia sudah pernah menjejakkan kaki di berbagai tanah tertinggi, dia gak akan merasa lebih baik dari mereka yang belum. Pendakian justru menyadarkan bahwa di tengah ganasnya alam, manusia itu nggak ada apa-apanya.
Walau bisa menaklukkan puncak tertinggi, tetap rendah hai
Walau bisa menaklukkan puncak tertinggi, tetap rendah hai via 1.bp.blogspot.com
Jika kamu memutuskan untuk menjalin hubungan cinta dengan seorang pendaki gunung, jangan kaget bila dia sering mengingatkanmu agar jangan merasa punya kemampuan diatas orang lain. Nggak heran sih, kebijaksanaan ini memang dia dapatkan dari semua pendakian yang pernah dilalui.
Dia sudah pernah menemui pendaki berusia lanjut yang segar bugar, dia pernah merasakan hampir mati karena hipotermia, dia juga pernah tersesat dan hanya mengandalkan insting untuk menemukan jalur yang benar. Di depan alam ciptaan Tuhan, dia sadar bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa.


4. Jiwa Berjuangnya Nggak Diragukan Lagi

Selalu mau berjuang
Selalu mau berjuang via 2.bp.blogspot.com
Apakah kamu cewek yang mengharapkan calon pasangan yang super tangguh? Atau kamu cowok yang paling males kalau dapat cewek manja? Jika memang semangat juang adalah hal yang wajib ada dalam diri calon pasanganmu, maka mengencani pendaki gunung adalah pilihan yang tepat.
Dia adalah orang yang bisa bertahan dalam situasi sulit. Rasa ingin berjuang dalam dirinya sudah tidak diragukan lagi. Pasanganmu sudah pernah merasakan telapak kakinya lecet dan sakit untuk berjalan karena rute turun yang terlalu curam. Tapi dia memaksa dirinya untuk terus berjalan. Dia sadar bahwa pilihannya hanya terus berjuang atau menunggu diselamatkan tim SAR.


5. Dia Mudah Bergaul Dengan Siapapun

Mudah bergaul dengan orang baru
Mudah bergaul dengan orang baru via s1200.photobucket.com
Pendaki gunung biasanya punya teman yang datang dari berbagai latar belakang. Selain solidaritas antar pendaki memang kuat, siapapun yang ditemui selama pendakian adalah kawan seperjuangan di alam raya. Gak jarang hubungan ini akan terus berlanjut sampai ke kehidupan normal pasca pendakian.
Kalau dia bisa langsung nyambung dengan orang yang baru ditemuinya dalam Jeep carteran menuju Ranu Pane, tentu dia gak akan kesulitan saat harus membuka percakapan dengan teman dan keluargamu. Sering mengakrabi alam membuat dia mudah bergaul dan terbuka terhadap setiap peluang untuk menjalin hubungan dengan orang baru.


6. Bisa Diandalkan

Pasangan yang bisa diandalkan adalah dia yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Dia udah gak lagi galau hidupnya mau dibawa kemana, dia sudah tahu apa yang benar-benar ingin dia lakukan dalam hidupnya. Proses mendaki gunung memberikan seseorang kesempatan untuk berdialog dengan dirinya sendiri dan menyelesaikan ganjalan dalam hati.
Mendaki membuat dia selesai menemukan diri sendiri
Mendaki membuat dia selesai menemukan diri sendiri via 4.bp.blogspot.com
Ditengah beringasnya 7 Bukit Penyesalan Gunung Rinjani, dia akan mengalami monolog dengan sisi paling jujur dalam dirinya. Sambil menahan lelah dan teriknya sengatan matahari, dia akan paham bahwa  hidup harus benar-benar diperjuangkan sesuai impian. Gak ada hidup yang pantas dijalani dengan kepuasan setengah hati.
Kamu gak perlu lagi takut kehilangan dia ditengah perjalanan, atau tiba-tiba harus banting setir 180 derajat. Dia sudah menetapkan rute yang ingin ditempuh. Bahkan jauh sebelum bertemu kamu.


7. Punya Idealisme yang Kuat

Idealismenya nggak main-main
Idealismenya nggak main-main via indrasuharto.files.wordpress.com
Idealisme, adalah kemewahan yang kerap diagungkan oleh para pendaki gunung. Hidup susah nggak masalah, asal bisa hidup dengan kepala tegak. Biasa mengakrabi ganasnya alam membuat mereka ingin menjadi sebaik-baik manusia. Mereka akan ogah ikut dalam aksi kotor demi keuntungan pribadi. Pendakian mengajarkan bahwa hidup dan mati itu jaraknya setipis seutas tali.
Memiliki pasangan seorang pendaki akan memberikanmu hidup yang sederhana, tapi penuh arti. Mereka yang belajar di alam akan menyadari bahwa jadi manusia berguna itu lebih penting daripada menumpuk harta bagi diri sendiri. Karena pada akhirnya, kamu cuma punya integritas yang bisa dibawa sampai mati.


8. Kemampuan Kalkulasinya Pasti Oke

Bisa memperhitungkan tenaga dan waktu dengan baik
Bisa memperhitungkan tenaga dan waktu dengan baik via 3.bp.blogspot.com
Suka sebel sama pasangan yang gak bisa mengatur jadwalnya sendiri? Atau kamu paling anti sama orang yang gak bisa mengatur pengeluarannya? Sama pendaki gunung, hal-hal menyebalkan yang berkaitan dengan masalah kalkulasi akan jarang kamu temui. Kegemarannya mendaki membuat dia ahli dalam membuat estimasi.
Dalam sebuah pendakian — terutama pendakian dalam tim, dia akan berhitung dengan cermat soal waktu untuk menyelesaikan tiap etape. Juga soal besarnya biaya yang harus dibayar tiap anggota tim untuk belanja logistik. Selain punya semangat juang yang tinggi, dia juga ahli dalam merencanakan sesuatu. Kualitas persiapan dan aksinya seimbang. nah loh, kurang apa lagi?


9. Luwes Tapi Efektif

Mempertimbangkan kondisi alam sebelum mendaki
Mempertimbangkan kondisi alam sebelum mendaki via lumajangsatu.com
Pendaki gunung adalah orang yang terbiasa dengan perubahan. Dia bisa dengan cepat menyesuaikan diri saat ada perubahan cuaca yang membuat perjalanan terhenti. Walau mengeluarkan kerangka tenda dan mendirikan tenda itu ribet, tapi dia gak akan mengeluh saat terpaksa harus nge-camp karena cuaca buruk.
Dia adalah pribadi yang fleksibel namun di lain sisi juga sangat efektif dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Walau harus mengubah ritme perjalanan, bukan berarti waktu pendakian molor. Dia harus tetap memperhitungkan kondisi logistik yang kian menipis. Kualitas macam ini nggak dimiliki oleh semua orang. Dan biasanya, mereka yang bisa dengan luwes membawa diri namun tetap efektif bekerja adalah mereka yang bisa sukses.


10. Tidak Mudah Terjebak Kenyamanan

Selalu ingin memperluas batas kenyamanan
Selalu ingin memperluas batas kenyamanan via 1.bp.blogspot.com
Ketika sudah mendapat posisi yang mapan, apa yang biasa dilakukan oleh orang kebanyakan? Menikmati dan berleha-leha, bukan? Masuk kerja- pulang sore – menunggu macet di mall – membelanjakan uang di cafe yang chic - berharap akhir pekan datang – kembali menyambangi mall di akhir pekan. Apa iya kamu mau hidupmu berakhir seperti itu?
Menjalani hubungan cinta dengan pendaki gunung akan membuatmu belajar untuk terus memperluas batas kenyamanan. Pendakian mengajarkan mereka bahwa pelajaran selalu didapat justru dari usaha mengalahkan kesulitan. Mereka akan menantangmu untuk mengalahkan batas kemampuanmu sendiri. Tanpa kamu sadari, perlahan kamu juga akan belajar bahwa kenyamanan adalah jebakan yang harus dikalahkan kalau tidak mau jadi pribadi yang tertinggal.


11. Bisa Menerimamu Apa Adanya

Bisa menerima berbagai karakter anehmu
Bisa menerima berbagai karakter anehmu via julynovita.wordpress.com
Mendaki mempertemukan dia dengan banyak tipe orang dari berbagai latar belakang. Mulai dari yang kepribadiannya hangat dan oke banget, sampai yang punya kelakuan unik dan butuh perlakuan khusus. Apalagi diatas gunung konon seseorang akan benar-benar terlihat kepribadian aslinya. Demi lancarnya perjalanan, dia akan berusaha menyesuaikan diri dengan karakter orang-orang tersebut.
Sebenarnya pacaran itu gak ubahnya sebuah pendakian. Demi bisa sukses, kamu harus pintar-pintar mengatur langkah agar sesuai dengan ritme teman seperjalanan. Bersama pasangan yang kerap mendaki gunung, kamu gak perlu khawatir dia ilfeel karena kelakuan anehmu. Kamu bisa dengan bebas menunjukkan dirimu yang sesungguhnya. Dia bisa memahami bahwa semua orang lahir dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing.


12. Biasanya, Mereka Romantis

Gahar tapi romantis
Gahar tapi romantis via lukihermanto.com
Walau tampangnya gahar, kulitnya hitam karena keseringan terpapar matahari — tapi hati anak gunung itu lembut dan hangat. Kalau orang lain menghadiahimu dengan cokelat dan bunga atau boneka lucu, dia akan menghadiahimu foto matahari terbit di Ranu Kumbolo atau malah menuliskan namamu di puncak tertinggi Pulau Jawa. Romantis kan?


13. Dia Paham Makna “Rumah” dan “Pulang”

Dia menghargai orang-orang yang menunggunya di rumah
Dia menghargai orang-orang yang menunggunya di rumah via blogs.itb.ac.id
Seorang pendaki gunung tahu benar arti hangatnya sebuah rumah. Pada pendakian-pendakian panjangnya dia sering duduk, memandang bintang dari dataran setinggi 3000 meter diatas permukaan laut, membayangkan hangatnya rumah yang ditinggalkan. Tidak jarang rasa rindu ingin pulang jadi kekuatan saat langkahnya sudah sempoyongan dihadang trek pasir.
Dia akan menghargai makna “pulang”, “rumah” dan orang-orang yang berada di dalamnya. Beruntunglah kamu jika pada pelukmu lah dia selalu menemukan hangatnya rumah yang jadi sumber semangatnya menuntaskan pendakian.

Setelah membaca alasan diatas, masih ragu untuk menjadikan pendaki gunung sebagai pasangan yang layak mendampingimu?

Jika Suamimu Seorang Pendaki Gunung


Apa yang ada dibenak kalian jika mendengar kata ‘pendaki gunung’? Boleh jadi seorang lelaki dengan carrier besar, celana pdl, sepatu gunung, buff bercorak bunga atau sulur abstrak, windbreaker dan sarung tangan tebal, rambut gondrong yang terkesan kumal, dan kulit gelap khas terbakar matahari.

Aku adalah seseorang yang nantinya berprofesi tak dekat dengan alam. Tapi tak bisa kupungkiri aku memiliki ketertarikan terhadap alam. Ya, aku adalah seorang pendaki gunung. Aku tahu, kesan seorang pendaki gunung identik dengan kesan kotor dan urakan, tapi perlu kau ketahui wahai calon istriku, aku adalah seorang pendaki yang berbeda dengan image pendaki gunung seperti itu. Banyak diluar sana para pendaki yang masih  menjaga etikanya, kerapihannya, serta tata kramanya dan aku termasuk salah satu diantaranya.

Calon istriku, sebagai seorang pendaki tak perlu kau cemas jika kelak aku menghabiskan hari-hariku di alam. Bukan maksudku ingin meninggalkanmu, tapi inilah salah satu caraku untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Tidak sehari dua hari aku pergi meninggalkanmu, bahkan mimpiku menaklukan 7 puncak dunia bisa memakan waktu hingga 3 tahun tak bertemu dengan mu. Tak perlu kau khawatir. Aku telah menitipkan diriku dan dirimu pada Tuhan. Aku bertekad pada diri ini untuk kembali bersua dengan mu.

Calon istriku. Bukan berarti aku tak punya tujuan dengan aku pergi mendaki. Justru para pendaki gunung adalah orang yang memiliki tujuan yang mantap dan jelas. Apalagi kalau bukan puncak gunung. Aku tidak memiliki istilah “Mengalir sajalah ikuti arus”. Menjejak di puncak adalah tujuan akhir dari perjalanan panjang nan melelahkan. Jika belum mencapainya, maka aku akan menjadikan ini sebagai hutang yang harus dibayar. Prinsip inilah yang menjadikan tekad ku kuat dalam menggapai puncak-puncak kehidupan.

Calon istriku. Perjalanan ini tak mudah. Perlu proses yang panjang dan kerja keras dalam mencapainya. Tak bisa tetiba aku ada di puncak menikmati mentari terbit dan terbenam yang sungguh elok memesona. Aku harus sabar dan menghargai setiap proses hingga aku dapat menikmati hasilnya. Aku juga belajar menjadi pribadi yang tak mudah menyerah menghadapi medan juang yang begitu berat.

Calon istriku. Jika kau hidup bersama ku, kesabaran dan kesetiaan adalah nilai utama yang aku tanamkan dalam hidup mu. Ya, aku tahu kau khawatir menungguku kembali. Tapi tahukah engkau? Saat aku berada di puncak gunung, aku merasa sangat dekat dengan Tuhan. Tak lupa aku menyelipkan nama mu ketika berdoa di tanah tinggi ini. Aku menitipkan pesan kepada Tuhan bahwa aku telah tiba dan tak perlu engkau khawatir. Jikalau aku telah tiba kembali di titik awal pendakian, aku akan menghubungi mu. Tak peduli selelah apa aku. Yang aku inginkan hanya mendengar suara mu. Mendengar celotehan mu. Mendengar ceritamu selama kutinggalkan. Ah, lelah ku hilang tak berbekas karenanya.

Calon istriku. Maukah kau hidup bersamaku? Ditengah resiko aku meregang nyawa dalam perjalanan? Ditengah resiko aku kehilangan bagian tubuhku ketika mendaki? Maukah kau menungguku dengan setia? Sanggupkah kau sabar menantiku? Hanya satu yang dapat aku berikan. Janji. Ya janji. Peganglah janjiku. Aku pergi untuk kembali.

Tips Berpakaian di Gunung : Layering System!

IMG_8502“Kamu pakai apa sih kalau naik gunung?”
Ehm, saya kadang suka heran melihat orang yang sedang mendaki, tapi setelannya udah kayak mau ke mall.
Nggak salah sih, tapi menurut saya naik gunung – atau backpacking ke alam bebas – adalah salah satu bentuk olahraga. Dan olahraga seharusnya memakai pakaian olahraga, kan? Rasa-rasanya aneh kalau kita main futsal tapi pakai kemeja flanel dan jeans.
Memang terlihat nggak aneh sih, justru keren. Tapi saya jamin, yang pakai pakaian keren seperti itu pasti nggak nyaman sama sekali.
Saya menganut layering system dalam berpakaian ketika melakukan kegiatan pendakian. Sistem pelapisan pakaian ini memungkinkan kita untuk mengatur temperatur tubuh kita dengan menyesuaikan lapisan yang dikenakan.
Jadi, kita nggak perlu bawa jaket-jaket tebal yang terlalu besar macam mau ke kutub utara gitu…
Ada tiga lapis yang perlu kita ketahui. Lapisan pertama (base layer) yang langsung menyentuh kulit untuk mengatur kelembaban; lapisan kedua (insulating layer) untuk melindungi dingin dan memberi kehangatan #eaaa; dan lapisan terakhir (shell layer) adalah melindungi kita dari cuaca alam bebas.
Mari kita lihat satu-satu yuk kaka ~

1. Base Layer : Pengatur Kelembaban

Rei power drybase layer
Contoh base layer bahan polyster. Tipis, ringan, dan mudah kering.
Lapisan pertama ini tujuannya tak hanya untuk menyerap keringat, tetapi juga membuatnya menguap ke lapisan berikutnya. Makanya saya tak menyarakan memakai bahan katun karena hanya akan menyerap keringat, tapi tak bisa menguapkannya.
Keringat di baju nggak menguap = lepek lepek basah dan bau nggak sedap mirip sambel oncom basi. Been there dan nggak mau lagi hihi.
Lebih lagi, bahun katun bisa meningkatkan resiko hipotermia. Saya pernah memakai katun sebagai base layer dibawah jas hujan. Padahal air sama sekali tak tembus, tetapi karena berkeringat dan tak menguap, saya pun merasa kedinginan.
Untuk base layer ini, lebih baik memakai bahan seperti wol atau sintetis seperti polyster. Karena bahan-bahan ini tak hanya menyerap keringat, tapi juga mentransfernya ke lapisan luar baju.
Hasilnya : badan kita lebih kering saat berkeringat, dan baju juga akan cepat kering setelah itu. Dan yang paling penting : NGGAK BAU :))
Memakai kaos olahraga seperti mas ganteng @budhi_setyawan ini juga boleh, asal bahannya yang polyster.
Memakai kaos olahraga seperti mas ganteng @budhi_setyawan ini juga boleh, asal bahannya yang polyster.

2. Insulating Layer

Fleece klasik. TNF polartec
Fleece klasik. TNF polartec
Insulating layer ini fungsinya buat “menjebak” udara panas di dekat tubuh sehingga kita akan tetap hangat. Untuk lapisan ini, saya menyukai bahan serat alami seperti sweater berbahan bulu angsa (down).
Bahannya sangat ringan dan kecil saat dipacking. Tapi hanya bisa dipakai saat keadaan kering. Tapi belum lama saya melihat websitenya the north face ada teknologi bernama thermoball, bahan yang menyerupai down tetapi bisa tetap digunakan walaupun basah.
Bahan selain down yang populer ada fleece,  di Indonesia umumnya disebut sebagai bahan ‘polar’. Polar ini sebetulnya adalah salah satu teknologi per-fleece-an. Tapi biasa, orang Indonesia suka menyebut brand sebagai nama benda tersebut.
Fleece juga ringan, menahan panas dengan baik, tetapi agak besar saat dipacking karena bahannya yang cenderung tebal. Jaket fleece biasanya jauh lebih murah daripada down.
Untuk musim dingin, tinggal mengganti lapisan kedua ini dengan bahan down atau fleece yang lebih tebal. Biasanya ada level-nya kok mild, chill, cold; macam keripik maicih.
My friend @lucianancy in Ladakh with a down sweater. From her instagram.
My friend @lucianancy in Ladakh with a down sweater. From her instagram.
Contoh jaket fleece merk lokal consina. Gak usah liat muka modelnya.
Contoh jaket fleece merk lokal consina. Gak usah liat muka modelnya @cak_ridwan

3. Shell Layer

Shell jacket
Shell jacket
Lapisan terakhir ini sangat penting untuk cuaca di gunung yang tak bisa ditebak. Lapisan ini penting, karena mencegah air masih ke dua lapisan bawah. Jika air sudah masuk, maka hancur sudah fungsi layering ini.
Shell dapat berupa jaket windproof (anti-angin) biasa hingga jaket windproof-waterproof-breathable dengan teknologi macam-macam yang harganya bisa buat beli sepeda motor bekas.
Saat membeli jakcet shell, pastikan ukurannya pas saat kita memakai dua lapisan di bawahnya.
Lebih baik gunakan shell yang beritpe windproof/Waterproof/breathable : Ini tipe yang paling saya sarankan. Teknologi seperti Gore-Tex masuk dalam kategori ini. Tipe ini menahan air, menahan angin, tetapi tetap bisa membuang uap keluar. Jadi saat memakainya di tengah terik matahari pun tak akan terlalu gerah.
Ada juga tipe yang lebih murah seperti hanya windproof, atau windproof/waterproof. Tapi untuk kegiatan alam bebas yang tentunya tingkat pergerakannya tinggi, saya menyarankan tipe yang breathable agar lebih nyaman. Lebih mahal sih memang, tapi gak akan menyesal saat kamu pakai di gunung.
That's me with 3 layer and outer shell jacket.
That’s @wiranurmansyah with 3 layer and outer shell jacket.

4. Lapisan Tambahan – your style layer.

Ini adalah lapisan yang bisa kita bawa buat narsis. Tapi jangan dipakai pas jalan ya, pas foto-foto aja. Have fun! :))
Teman saya mas erik yang rela ganti baju batik saat di hampir di puncak Rinjani hanya demi foto...
Teman saya mas erik yang rela ganti baju batik saat di hampir di puncak Rinjani hanya demi foto…
Teman saya si kaka @premous yang rela bawa baju toga ke atas puncak gunung Slamet...Cek blog nya di premous.blogspot.com
Teman saya yang cantik tapi ganteng @premous yang rela bawa baju toga ke atas puncak gunung Slamet. *applause* Cek blog nya disini
Untuk bawahan, sebetulnya sama saja seperti lapis pertama baju. Yang penting bahan yang cepat kering, dan kalau bisa sekalian waterproof & breathable, sehingga gak perlu repot-repot bawa ponco segala.
JANGAN PAKE JEANS YA! :)

5 Dosa Para Pendaki Gunung yang harus dihindari

Postingan ini untuk memperingati hari lingkungan hidup sedunia yang jatuh pada tanggal 5 juni. Manusia punah, alam pun tak akan apa-apa. Jika alam rusak, maka manusialah yang akan bermasalah. Yuk sayangi alam kita!
ADA sebuah anggapan bahwa mendaki gunung itu adalah sebuah tindakan yang keren dan gagah. Ada rasa bangga ketika sudah menginjakan kaki di puncaknya. Namun, sadarkah kita bahwa kita yang mengaku pecinta, ataupun penikmat alam, bisa jadi adalah seorang perusak alam?

1. Melakukan kegiatan pendakian massal (non-konservatif)

Mungkin kita sudah tahu tentang sebuah brand perlengkapan outdoor yang melakukan pendakian massal ke gunung Semeru beberapa waktu lalu.
Saya sempat diajak teman karena dalam iklannya pendakian ini dibumbui oleh kata-kata bersih-bersih gunung, tanam pohon, dan konservasi. Kenyataannya? Semeru menjadi tempat sampah dan potensi rusaknya ekosistem makin besar.
Sebelum mengikuti pendakian massal, ada baiknya survey terlebih dahulu. Berapa kapasitas gunung tersebut, berapa jumlah pendaki yang dibolehkan ikut oleh panitia, dan hal yang terkait dengan konservasi lainnya. Jadilah pendaki yang bertanggung jawab, sob!

2. Andil besar mencemari lingkungan

Biarkan mereka tetap pada tempatnya
Biarkan mereka tetap pada tempatnya
Saya pernah naik gunung dengan seorang rekan yang kelihatannya sudah ‘senior’ dalam hal mendaki. Namun, ditengah perjalanan istirahat, saat ia memakan sebuah makanan ringan, dengan ringannya pula ia membuang sampah itu sembarangan.
Itulah potret kebanyakan pendaki yang tidak paham akan konservasi. Apa sulitnya sih membawa sampah di dalam tas?
Di lain waktu, saat saya sedang ingin mengambil air di sebuah mata air, terlihat seorang pendaki yang sedang menikmati ritual B*B di mata air itu! Apa dia tidak berfikir orang akan minum dari sana? Sebegitu sulitkah menggali lubang di tanah? Kucing saja masih bisa lebih pintar!
Banyak juga pendaki-pendaki yang masih saja menggunakan bahan-bahan kimia yang bisa merusak. Jangan heran kalau menemukan bungkus sabun/shampo yang tergeletak dekat di mata air.

3. Bersikap acuh tak acuh dan pasif.

Menganggap tugas konservasi itu adalah tugasnya penjaga Taman Nasional, porter, dan LSM lingkungan adalah bukan hal yang benar.
Padahal pendaki sendirilah yang punya bagian besar dalam menjaga lingkungan. Banyak oknum pendaki juga tidak mengindahkan kearifan lokal yang telah ditetapkan masyarakat setempat. Tertulis ataupun tidak tertulis.
Seringkali mitos-mitos mistis di gunung itu sebetulnya adalah usaha untuk konservasi dari masyarakat. Jangan sampai bilang begini, ” Saya bukan pecinta alam, kok. Cuma penikmat alam. Jadi bukan tugas saya dong untuk konservasi?”
Heran dengan orang yang bangga dengan menuliskan jejaknya di bebatuan ini.
Heran dengan orang yang bangga dengan menuliskan jejaknya di bebatuan ini.

4. Merusak keasrian gunung

Tidak sulit menemui corat-coret vandalisme di bebatuan, batang pohon, bahkan pos pendakian. Mengambil flora & fauna langka seperti bunga edelweiss, bertindak sembrono sehingga mengakibatkan kebakaran hutan. Puntung rokok dan bekas api unggun yang masih menyala, membuka jalur yang tidak seharusnya, membuang tissue basah kotor seenaknya dan masih banyak lagi.

5. Tidak membagikan pengetahuan tentang pendakian konservatif

Tak dipungkiri, mendaki gunung sekarang sudah terkesan menjadi sebuah ‘wisata’.
Apalagi banyak pengaruh dari acara televisi, film, blog, forum dan banyak media lainnya. Membagikan semangat mendaki gunung kepada orang-orang baru tanpa dibarengi semangat konservasi hanya akan menjadikan para pendaki tersebut menjadi generasi pendaki yang cenderung antipati terhadap lingkungan dan hanya mementingkan kesenangan semata.
Sebagian dari kita mungkin pernah melakukan hal atas, secara sengaja maupun tidak sengaja. Yang pernah, tolong jangan diulangi lagi dan mari saling mengingatkan kepada rekan pendaki yang lain. Semoga gunung-gunung Indonesia masih bisa dinikmati anak-cucu kita nantinya. Aammiinn!
Salam lestari!
Ingatlah bahwa masih ada anak cucu kita.
Ingatlah bahwa masih ada anak cucu kita.